Senin, 29 Maret 2010

short story....

pahlawan kesiangan, atau??


Titik-titik embun itu perlahan menguap menandakan hari baru akan segera dimulai. bunyi sepatu para cleaning service yang sejak tadi sibuk mondar-mandir mengepel lantai menjadi pemandangan yang sudah tidak asing lagi kusaksikan setiap pagi.

aku menghirup udara pagi yang sejuk. bertanya dalam hati "kenapa hal ini jarang kulakukan? datang pagi lebih awal?" ia seh, memang ada angin di balik kedatanganku kali ini ke kampus yang jauh lebih cepat dari biasanya. jujur saja yach, aku belum mem-print tugas yang akan ku kumpulkan jam 8 nanti. pasalnay, kiriman Bapak dari Kampung belum datang. maklumlah, tanggal tua. dan kini, aku harus memutar otak agar bisa mem-print tugas tanpa mengeluarkan biaya. he..he...how come?

kenapa aku setiap hari bisa kalah cepat dari para cleaning service atau anak-anak pemulungyang sedari tadi sudah sibuk dengan rutinitasnya?
ada pemandangan tidak lazim yang sering kusaksikan di Kampus ini. bukti nyata bahwa kesenjangan sosial negeri ini sangat akrab denagn mata kita sendiri. Lihatlah, mobil-mobil yang berjejeran di depan kelas itu, kawan. mulai dari honda Jazz, Cherry, sampai BMW. Semuanya seperti berebut untuk pamer dan unjuk gigi. mobil-mobil itu milik mahasiswa, tentunya. yang entah punya sendiri atau pinjam dari orang tua, cuma untuk sekedar pamer. bukan karena aku jealous. oh, bukan sama sekali, kawan. aku hanya sekedar memberi bukti, bahwa di negeriku ini, di satu sisi mobil-mobil mewah berjejeran seperti pameran, sementara di sudut lain, nenek-nenek paruh baya dan anak-anak kecil yang seyogyanya lebih banyak menghabiskan masa kanak mereka dengan bermain, malah dipaksa oleh perut-perut mereka mengorek-ngorek tempat sampah untuk menemukan satu atau dua gelas aqua bekas dari mulut-mulut mahasiswa yang akan disulap menjadi rupiah.

ada fenomena baru lagi kawan. sejak situs jejaring sosial mulai merebak dan meracuni otak generasi bangsa ini, mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu mereka di depan warnet untuk mempelototi laptop cuma untuk sekedar ber-say hello dengan teman-teman dari dunai maya mereka yang menurutku tidak begitu penting. bahkan tak jarang handphone muali beralih fungsi jadi tempat online, dimana saja, termasuk saat dosen sedang menjelaskan. bukankah itu fenomena miris, kawan. di satu sisi berapa rupiah yang mengalir dari kantong mereka untuk membeli pulsa. dalam sehari untuk online. faktanya, salah satu temanku mengaku bisa menghabiskan pulsa 20 ribu perhari untuk sekedar online tidask jelas juntrungannya. padahal di sisi lain, lihatlah kawan nenek-nenek dan anak kecil yang mengais-ngais temapt sampah sepagi ini. paling berapa pendapatan mereka sehari? paling banter cuma 5 ribu rupiah.

salah satu kata-kata Favorit yang berhasil kuabadikan dari buku yang pernah kubaca, bunyinya seperti ini:
ya, berhubung karena aku cinta mati sama Jerman, makanya kata-katanya juga pake Bahasa Jerman dong. ya, isinya kurang lebih begini, "der Philosophen haben die Welt nur verschieden interpretiert, es kommt darauf an, Sie zu verandern." katanya neh, para filsuf itu hanya sekedar menafsirkan dunia menurut pandangan mereka, padahal yang terpenting adalah mengubahnya, begitu katanya. jadi selama ini hanya seperberapa persen dari milyaran penduduk dunia yang berhasil mengubah dunia menjadi lebih baik. bahkan para filsuf aja nggak bisa kan? apa aku bisa menerobos sedikit dari orang-orang yang berhasil mengubah dunia. hoffentlich.

Lagu Nasional Jerman

ini neh lagu nasionalnya orang Jerman. judulnya Das liebe Der Deutschland artinya kira-kira "cinta Jerman".
simak aja, ada juga terjemahannya lho dalam bahasa Indonesia..

Strophe

Deutschland, Deutschland über alles,
Über alles in der Welt,
Wenn es stets zum Schutz und Trutze
Brüderlich zusammenhält,
Von der Maas bis an die Memel,
Von der Etsch bis an den Belt -
Deutschland, Deutschland über alles,
Über alles in der Welt!

2. Strophe

Deutsche Frauen, deutsche Treue,
Deutscher Wein und deutscher Sang
Sollen in der Welt behalten
Ihren alten schönen Klang,
Uns zu edler Tat begeistern
Unser ganzes Leben lang -
Deutsche Frauen, deutsche Treue,
Deutscher Wein und deutscher Sang!

3. Strophe

Einigkeit und Recht und Freiheit
für das deutsche Vaterland!
Danach laßt uns alle streben
brüderlich mit Herz und Hand!
Einigkeit und Recht und Freiheit
sind des Glükkes Unterpfand.
Blüh im Glanze dieses Glükkes,
blühe, deutsches Vaterland!

Catatan: 'Glükkes' sekarang dieja sebagai 'Glückes'

Bait I

Jerman, Jerman di atas segalanya,
segala yang ada di dunia,
Apabila tiba masanya, untuk berlindung dan bertahan,
Persaudaraan kita tegakkan bersama.

Dari Maas hingga Memel,
Dari Etsch hingga ke Belt,
Jerman, Jerman di atas segalanya,

Segala yang ada di dunia

Bait II

Perempuan Jerman, pengabdi Jerman,
Anggur Jerman dan lagu Jerman
Akan bertahan di dunia
(Bersama) suara abadinya yang indah
Dan membawa kita pada tindakan mulia
Sepanjang hayat di badan.
Perempuan Jerman, pengabdi Jerman,
Anggur Jerman dan lagu Jerman


Bait III

Persatuan dan keadilan dan kebebasan
bagi tanah air Jerman!
Maka marilah kita berjuang
bergotong-royong dengan hati dan lengan!
Persatuan dan Keadilan dan Kebebasan
adalah tuntutan dari kebahagiaan (maksudnya 'kesejahteraan').
Mekarlah dalam gemilangnya kebahagiaan ini,
Mekarlah, wahai tanah air Jerman!